Kaum naga memiliki berbagai macam ras. Naga jantan mempunyai tanduk yang membesar di bagian atasnya, sedangkan naga betina mempunyai tanduk yang lebih ramping dan kadang mengecil di bagian atasnya. Selain itu, naga jantan mempunyai janggut yang berkilauan seperti mutiara di dagu dan pada lehernya. Dan naga betina akan tampak berbeda pada bentuk hidungnya, yang lebih lurus. Dagu dan lehernya tidak memiliki janggut.
HABITAT
Naga merupakan mahluk yang benar-benar hati-hati memilih lokasi tinggal. Dalam budaya China, tempat yang disukai naga biasanya akan memiliki energi chi yang sangat tinggi dan baik.
Beberapa contoh tempat yang lebih disukai oleh kaum naga:
Tempat yang terdapat pohon yang pernah disambar petir dan terbakar.
Di laut pada bagian tengah teluk, biasanya ditandai dengan motif ombak seperti sisik naga.
Di pinggir pantai yang terdapat banyak batu karang yang menonjol ke permukaan.
Di danau yang tenang dan bersih di gunung atau di kaki gunung.
Di dalam goa, dan sering muncul pelangi di atas atau dari dalam mulut goa.
Kaum naga juga dapat mengerti bahasa burung dan binatang lainnya. Konon, ada suatu cerita (atau mungkin saja mitos) bahwa bila kita memakan hati naga, kita bisa mengerti bahasa binatang. Kepercayaan ini tidak hanya diyakini oleh orang China terdahulu, tetapi juga oleh orang Indonesia. Cerita tentang hati naga yang menjadikan seseorang mengerti bahasa binatang juga dipercaya oleh penganut kepercayaan Jawa kuno di Indonesia.
Jika naga memang benar-benar ada, maka mungkin makhluk ini merupakan hewan terkuat di Bumi. Makhluk ini dikisahkan tidak hanya ganas (ada juga yang percaya baik), tapi juga memiliki kekuatan mistik yang tidak dimiliki hewan-hewan lain. Dalam beberapa legenda, naga dikisahkan mampu menyemburkan api, terbang, dan juga menyelam (mungkin bisa dibilang hewan ini ‘multi-talenta’).
Kebanyakan naga digambarkan berkembang biak dengan cara bertelur. Di Thailand , terdapat ukiran naga yang berbentuk seperti ular tetapi hewan itu memiliki tujuh kepala. Di Vietnam, imajinasi naga menggabungkan image buaya, ular, biawak dan burung. Dalam legenda Yunani kuno juga terdapat banyak kisah mengenai naga, terutama cerita yang menggambarkan hewan itu sebagai penjaga harta karun. Menurut catatan pengembaraan Herodotus yang juga dikenal sebagai ‘bapak sejarah dunia’, ketika dia melewati Judea sekitar 450 SM, dia mendengar cerita dari penduduk setempat mengenai seekor naga yang dikurung dalam sangkar raksasa. Didorong rasa ingin tahu, Herodotus mengembara ke kawasan itu dan menjumpai banyak kerangka ular. Sejarawan itu kemudian menulis bahwa kerangka-kerangka tersebut merupakan sejenis makhluk purba yang terbang dari Tanah Arab ke Mesir, tetapi di tengah perjalanan, mereka bertarung dengan predator lain dan kemudian kalah terbunuh. Menurut catatan perjalanan Marco Polo, ketika dia dan pasukannya melintasi padang pasir di Anatolia untuk menuju Persia, mereka diserang naga yang berterbangan.
FOSIL NAGA
Pada 1996, para arkeolog di China berhasil menemukan fosil (yang diyakini) naga di Desa Guanling, Anshun, China. Fosil naga ini dilengkapi sepasang tanduk di atas kepalanya. Wujud ini menyerupai hewan legenda yang sering terdapat dalam legenda.
Fosil ini masih dalam kondisi baik. Panjang keseluruhan mencapai 7,6 m, kepala 76 cm dan leher 54 cm. Panjang tubuhnya 2,7 m, lebarnya 68 cm, dan ekornya 3,7 m. Kepalanya berbentuk segitiga, dengan lebar mulut 43 cm. Bagian terlebar di kepala naga ini mencapai 32 cm, kedua tanduknya, dengan bentuknya yang simetris menjulang dari bagian terlebar tersebut dan berukuran 27 cm. Tanduknya berbentuk agak sedikit melengkung serta condong ke samping, sehingga membuat fosil tersebut benar-benar berbentuk seperti naga dalam legenda. Fosil itu pada akhirnya dipamerkan pada 2007 di Xinwei Ancient Life Fossils Museum di Anshun, Guizhou, China.
Penemuan lainnya terjadi di provinsi di dekat sebuah desa di Fuyuan, China barat daya pada 22 Januari 2007. Penduduk setempat menemukan fosil naga berukuran kecil yang telah melekat pada lempengan batu di dalam sebuah gua di atas sebuah bukit.
Para petani di desa itu telah melakukan penggalian fosil sejak tahun 2000 untuk mencari “sisa-sisa” dari legenda naga karena terinspirasi oleh penemuan naga yang dipamerkan di Guizhou. Para petani melakukan itu untuk menambah penghasilan dengan menjual fosil tersebut kepada para peneliti.
Sebelumnya, untuk membuktikan keberadaan naga itu, para arkeolog China melakukan ekskavasi sejak 1983 di beberapa lokasi yang diyakini pernah ditinggali oleh peradaban China kuno. Ekskavasi pertama dilakukan di sekitar Desa Niuheliang, di kaki Red Mountain. Tepatnya, berada di lokasi lembah Sungai Liachoe. Kerangka yang ditemukan memang membentuk ular, namun masih belum sempurna. Banyak yang meyakini bahwa fosil tersebut memang fosil naga. Lokasi ditemukannya fosil ini diduga dulunya merupakan rawa besar. Beberapa temuan membuktikan bahwa daerah ini pernah ditinggali peradaban kuno yang cukup maju ribuan tahun silam. Namun, masih menjadi misteri apakah naga hidup sezaman dengan manusia.
Pada penggalian pertama, para arkeolog menemukan dua potongan batu giok berbentuk seekor naga. Giok naga ini diukir secara halus, berwarna hijau transparan. Penemuan pertama ini, menurut para arkeolog sangat berharga. Dari bukti itu terlihat peradaban ribuan tahun silam memang sudah mengenal budaya ukiran yang sangat halus dan tak kalah indah dengan hasil pahatan zaman sekarang. Termasuk tiga potong patung naga yang terbuat dari batu giok halus, yang ditemukan dari kuburan kuno. Konon temuan giok patung naga itu, hampir sama dengan temuan hasil ekskavasi di Desa Sanxingtala pada 1970. Desa ini masuk dalam wilayah Kota Cipeng di Mongolia Dalam.
Arkeolog China juga menemukan 479 potong bukti yang mengarah pada keberadaan naga, dalam bentuk fosil rahang dan bagian tubuh lainnya yang diduga merupakan bagian tubuh seekor ular besar. Mereka juga menemukan tiga patung naga yang terbuat dari batu giok halus yang ditemukan dari kuburan kuno. Konon, temuan giok naga itu hampir sama dengan hasil ekskavasi di Desa Sanxingtala.
Dari ukuran tubuhnya yang lebih kecil dari dinosaurus, fosil ini diduga merupakan fosil sejenis ular pemangsa. Terlihat dari taringnya yang sangat tajam dan mengarah ke dalam, seperti halnya terdapat pada binatang-binatang pemangsa.
NAMA NAGA DALAM BERBAGAI BUDAYA
China: Long, berbentuk ular berkaki empat
Vietnam: Rong
Jepang: Ryu, berkuku tiga
Korea: Yong (naga langit), Yo (naga laut), Kyo (naga gunung)
Siberia: Yilbegan
India: Vyalee, banyak terukir di kuil di selatan India
Jerman&Skandinavia: Lindworm, berbentuk ular besar berkaki dua
Wales: Ddraig Goch, naga merah yang juga tertera pada benderanya
Hungaria: Zomok, berbentuk ular dan tinggal dalam paya dan sering memangsa biri-biri
Slavia: Zmey, Zmiy, dan Zmaj, dapat menyemburkan api
Rumania: Balaur, bersirip dan berkepala banyak
Inca: Amaru
Brazil: Boi-tata
NAGA DI BEBERAPA BUDAYA
INDIA
Istilah ‘naga’ merupakan kata serapan dari bahasa Sansekerta atau India kuna yang bermakna ‘ular’. Dalam naskah Mahabharata dikisahkan bahwa para Naga merupakan anak Resi Kasyapa dari perkawinannya dengan Dewi Kadru. Nama-nama mereka yang terkenal antara lain Shesha, Taksaka, Basuki, Karkotaka, Korawya, dan Dritarastra.
Bangsa Naga yang berjumlah ribuan memiliki dua sepupu berwujud burung yang disebut bangsa Kaga. Keduanya bernama Aruna dan Garuda, yang merupakan putra Dewi Winata yang juga dinikahi Resi Kasyapa. Dengan demikian, hubungan antara Naga dengan Kaga selain sebagai sepupu juga sebagai saudara tiri. Namun, hubungan mereka kurang baik dan sering terlibat perselisihan.
Di antara para Naga ada pula yang menjadi dewa, yaitu Shesha (di Jepang dikenal dengan nama Kuzuryuu: naga berkepala sembilan), yang tertua di antara putra Kadru. Ia memisahkan diri dari adik-adiknya dan hidup bertapa menyucikan diri. Ia akhirnya diangkat sebagai dewa para ular, bergelar Ananta.
CHINA
Dalam tradisi China juga terdapat makhluk bernama Liong atau Lung yang umumnya diterjemahkan menjadi naga. Makhluk ini digambarkan sebagai ular berukuran raksasa, lengkap dengan tanduk, sungut, dan cakar, sehingga berbeda dengan naga versi India.
Naga versi China dianggap sebagai simbol kekuatan alam, khususnya angin topan. Pada umumnya makhluk ini dianggap memiliki sifat yang baik selama ia selalu dihormati. Naga dianggap sebagai penjelmaan roh orang suci yang belum bisa masuk surga. Biasanya roh orang suci menjelma dalam bentuk naga kecil dan menyusup ke dalam Bumi untuk menjalani tidur dalam waktu lama. Setelah tubuhnya membesar, ia bangun dan terbang menuju surga.
Sebagian ilmuwan berpendapat, naga China merupakan makhluk khayal yang diciptakan oleh masyarakat zaman dahulu akibat penemuan fosil dinosaurus.
Dalam catatan-catatan dinasti kuno China, naga dikatakan sering muncul ketika terjadi pergantian dinasti-dinasti di Bumi. Dalam catatan-catatan China kuno, terdapat banyak kesaksian dari orang-orang yang mengaku pernah menyaksikan naga mistik. Salah satu yang paling misterius dari peristiwa yang pernah dicatat adalah peristiwa ‘naga yang berjatuhan’. Tercatat bahwa terkadang masyarakat dapat menyaksikan adanya naga yang jatuh ke tanah dalam kondisi tertentu.
Peristiwa termodern menyangkut peristiwa ini adalah pada Agustus 1944. Seekor naga hitam diberitakan jatuh ke tanah di desa Weizi di halaman rumah keluarga Chen, sekitar 15 km barat laut wilayah Zhaoyuan, di sebelah selatan Sungai Mudan di Provinsi Heilongjiang. Naga hitam itu ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa. Para saksi mata mengatakan bahwa makhluk ini memiliki tanduk di atas kepalanya, sisik yang menutupi seluruh tubuhnya dan memiliki bau seperti ikan yang menarik lalat untuk mengerumuninya.
JEPANG
Di Jepang dikenal dengan nama ryu. Naga versi Jepang pada dasarnya merupakan perpaduan naga versi China, Korea, dan India. Saat para pendeta Budha datang ke Jepang, mereka memperkenalkan legenda naga ini. Ryu digambarkan sebagai sosok ular yang tinggal di perairan, bertubuh besar dan panjang, tidak bersayap, berkuku besar, dan menguasai musim hujan. Naga kemudian menjadi salah satu simbol kekuasaan, keberanian, dan kekuatan yang menjadi favorit pada kaisar. Perbedaan naga Jepang dan naga China adalah jumlah kukunya. Naga Jepang memiliki tiga kuku sedangkan naga China memiliki empat hingga lima kuku. Hal ini bisa dilihat pada gambar naga pada emblem kekaisaran masing-masing.
KALIMANTAN
Naga dalam budaya Kalimantan, khususnya suku Dayak dan suku Banjar dianggap sebagai simbol alam bawah. Naga digambarkan hidup di dalam air atau tanah dan disebut sebagai Naga Lipat Bumi. Naga merupakan perwujudan dari Tambun yaitu makhluk yang hidup dalam air.
Menurut budaya Kalimantan, alam semesta merupakan perwujudan ‘Dwitunggal Semesta’ yaitu alam atas yang dikuasai oleh Mahatala atau Pohotara, yang disimbolkan dengan enggang (burung), sedangkan alam bawah dikuasai oleh Jata atau Juata yang disimbolkan sebagai naga (reptil). Alam atas bersifat panas (maskulin) sedangkan alam bawah bersifat dingin (feminin). Manusia hidup di antara keduanya.
Dalam budaya Banjar, alam bawah merupakan milik Puteri Junjung Buih sedangkan alam atas milik Pangeran Suryanata. Setelah berkembangnya agama Islam, suku Banjar menganggap alam atas ini dikuasai Nabi Daud, sedangkan alam bawah dikuasai oleh Nabi Khidir. Dalam arsitektur rumah Banjar, makhluk naga dan burung enggang diwujudkan dalam bentuk ukiran, tetapi sebagai budaya yang tumbuh di bawah pengaruh agama Islam yang tidak memperkenankan membuat ukiran makhluk bernyawa, maka bentuk-bentuk makhluk bernyawa tersebut disamarkan atau didistilir dalam bentuk ukiran tumbuhan.
EROPA
Mitos dan dongeng rakyat tentang naga juga telah tumbuh di dunia Barat sejak berabad-abad silam. Naga di dunia Barat digambarkan sebagai kadal besar dengan dua tangan dan dua kaki yang memiliki sayap begitu besar, juga memiliki kemampuan untuk menyemburkan lidah api dan digambarkan tinggal di goa bawah tanah. Naga seperti ini adalah naga yang terlihat dalam film Harry Poter: And The Goblet Of Fire. Naga ini selalu digambarkan memangsa manusia. Masyarakat Barat menggambarkan naga menyerupai Tyranosaurus Rex (T-Rex) tetapi memiliki sayap.
Naga dalam budaya Barat sering diidentikkan sebagai ‘tokoh antagonis’ dan mengganggu manusia. Sedangkan di Timur, naga dianggap sebagai pembawa keberuntungan dan kekayaan yang memang berwujud menyeramkan namun pengasih dan adil.
NAGA TIBET
Pada 22 Juni 2004, seorang fotogtafer amatir sedang mengadakan perjalanan menuju wilayah Amdo di Tibet untuk menghadiri perayaan pembukaan jalur kereta api Qinghai-Xizang. Setelah menghadiri acara tersebut, ia naik pesawat pulang dari Lhasa. Ketika pesawat itu melintasi pegunungan Himalaya, ia mengambil kamera dan memotret langit Himalaya yang indah. Tanpa disadarinya, fotonya menangkap dua objek berbentuk naga. Ia menyebut objek itu ‘Naga Tibet’. [gambar bisa dilihat di foto grup]
Pada foto tersebut, kita dapat melihat dua objek yang berbentuk badan ular dan tertutupi oleh sisik. Walaupun foto itu tidak menangkap objek tersebut secara lengkap, sekilas gambar tersebut cukup untuk menduga bahwa dua objek tersebut adalah citra dari dua ekor naga raksasa yang sedang terbang di atas langit di antara awan.
Apakah naga memang benar-benar ada? Masih tetap menjadi misteri, belum ada jawaban yang pasti.
Thanks for reading ^_^